Welcome Into my Site

Rabu, 13 Oktober 2010

MEMOTRET SUBJEK DENGAN TEKNIK PEMOTRETAN

MEMOTRET SUBJEK DENGAN TEKNIK PEMOTRETAN

  1. 1. RUANG TAJAM
Ruang tajam atau depth of field adalah jarak antara objek yang terdekat dengan jarak terjauh yang nampak tajam (fokus) dalam gambar. Dalam buku lain juga dijelaskan pengertian ruang tajam, yaitu: jumlah jarak antara subjek yang paling dekat dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto. Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf, maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa pohon di depan tampak jelas kemudian semakin ke belakang semakin kabur gambar pohonnya.
Ketajaman ruang suatu gambar foto sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu:
  • Diafragma atau bukaan lensa (lens aperture). Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar ruang tajam atau depth of field yang dihasilkan. Bukaan penuh atau besar akan menghasilkan depth of field yang sangat sempit.
  • Jarak fokus lensa atau focal length. Semakin panjang focal length, semakin sempit ruang tajamnya.
  • Jarak pemotretan. Semakin dekat jaraknya, semakin sempit ruang tajam yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak pemotretannya, maka ruang tajamnya akan semakin luas.
1.1       Ruang Tajam Sempit
Teknik ruang tajam sempit biasanya digunakan jika kita menginginkan subjek yang kita foto terfokus tajam sedangkan latar belakang dari subjek tersebut tidak tajam atau kabur. Untuk mendapatkan hasil seperti itu kita bisa mengubah diafragma kamera yang kecil menjadi besar, atau angka ‘f’ nya kecil. Selain itu kita juga dapat mendekatkan kamera ke arah subjek foto.
1.2       Ruang Tajam Luas
Teknik ruang tajam luas biasanya digunakan jika kita menginginkan suatu foto yang subjek utama dan latar belakangnya tetap terlihat jelas. Untuk mendapatkan hasil foto seperti itu, maka kita dapat mengatur bukaan diafragma kamera yang besar menjadi kecil, atau angka ‘f’ nya besar. Kita juga dapat menjauhkan kamera dari subjek foto.
  1. 2. PENCAHAYAAN
Pencahayaan adalah mencahayai film dengan pengontrolan diafragma dan kecepatan rana. Pencahayaan atau exsposure juga disebut sebagai kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk, intensitas (diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh shutter speed) cahaya yang masuk dan mengenai film. Tanpa pencahayaan sebuah foto tidak akan pernah menjadi hasil karya. Fungsi dari pencahayaan adalah untuk memberikan jiwa pada foto.
Dalam mengevaluasi sebuah foto, ada tiga jenis kategori yang dikaitkan dengan pencahayaan, yaitu:
  • Pencahayaan kurang (under exsposure), berarti cahaya yang masuk mengenai film terlalu sedikit, sehingga gambar yang dihasilkan akan gelap.
  • Pencahayaan yang tepat, berarti cahaya yang masuk mengenai film cukup, sehingga akan menghasilkan gambar yang bagus dan menarik.
  • Pencahayaan lebih (over exsposure), berarti cahaya yang masuk mengenai film terlalu banyak, sehingga gambar yang dihasilkan terlalu terang.
2.1       Cahaya Alam (Natural Ligh)
Cahaya alam adalah sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruangan. Sumber dari cahaya alam berasal dari matahari, bintang dan benda-benda lain yang mampu memantulkan cahaya, seperti bulan. Cahaya alam bersifat langsung dan tidak langsung. Bersifat langsung, karena cahaya yang dihasilkan datang langsung dari sumbernya tanpa hambatan dan tanpa dipantulkan. Bersifat tidak langsung, karena cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya terkena hambatan dan pantulan sebelum mengenai objek foto.
2.2       Cahaya Buatan (Artificial Light)
Cahaya buatan adalah cahaya yang dibuat untuk menerangi sebuah objek foto, biasanya cahaya buatan lebih banyak dipakai pada saat pengambilan foto di dalam ruangan. Cahaya buatan dapat dihasilkan oleh peralatan tambahan, yaitu lampu kilat, blitz atau flash.
  1. 3. KOMPOSISI
Komposisi adalah rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Pemilihan komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer, mungkin tidak akan pernah ada kamera yang memberi tanda jangan memotret dengan komposisi yang salah (Griand Giwanda, 2002:39). Komposisi juga dapat diartikan sebagai susunan elemen dalam suatu foto, sehingga kehadirannya dapat memperkuat subjek utama dalam foto.
Ada bebrapa hal yang bisa dijadikan panduan bagi seorang fotografer dalam pelaksanaan pemotretan, yaitu:
3.1       Penempatan Subjek
Penempatan subjek dalam gambar sangat penting untuk mendapatkan komposisi yang baik. Pilihlah satu objek yang menjadi pusat perhatian, sedangkan yang lainnya hanya sebagai pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek utama.
  • Aturan sepertiga (rule of third)
Aturan sepertiga adalah penempatan objek utama/subyek 1/3 bagian dari daerah gambar/frame, bisa disebelah kanan atau kiri daerah gambar, baik horizontal maupun vertikal. Aturan sepertiga ini sering digunakan untuk penempatan objek utama/subyek dalam gambar. Bagi bidang gambar menjadi 1/3 bagian sama besar secara horisontal dan vertikal dengan menarik masing-masing dua garis ke samping dan ke bawah. Kita dapat menempatkan subjek pada titik-titik perpotongan garis tersebut.
Gambar: Aturan sepertiga
  • Diagram irisan emas
Diagram ini menunjukkan bagaimana suatu irisan emas dibentuk. Mula-mula dibuat suatu bujur sangkar, kemudian dari bujur sangkar tersebut ditarik garis tengah yang memotong sisi-sisinya pada titik A dan B. Dari salah satu titik (misalnya titik A), dibuat lingkaran dengan garis tengah AC, memotong sisi bujur sangkar pada D. Selanjutnya dibuat segi empat dengan perluasan bujur sangkar sampai titik D tersebut. Titik C-C adalah irisan emas dan merupakan posisi subjek.
Gambar: Diagram irisan emas
  • Diagram susunan diagonal
Titik A dan B adalah garis diagonal (atau susunan subjek-subjek secara diagonal). Sedangkan perpotongannya, yaitu titik D atau C adalah posisi untuk menempatkan subjek utama.
Gambar: Diagram susunan diagonal
3.2       Garis
Garis merupakan elemen desain gambar tertua. Garis yang penting adalah garis yang membentuk tepi bingkai gambar karena garis ini yang mengisolasi bidang gambar yang direkam dari seluruh adegan. Garis horisontal menimbulkan kesan stabil atau tenang, sedangkan garis vertikal dapat menunjukkan  suatu gerakan.
3.3       Kedalaman
Untuk menambahkan kesan tiga dimensi dalam gambar dua dimensi, diperlukan suatu kedalaman atau perspektif yang akan menimbulkan ilusi jarak. Hal ini dapat dilambangkan dengan garis-garis yang bertambah sempit dari jalan atau rel kereta api, perbedaan ukuran dengan objek yang jauh terlihat lebih kecil daripada objek yang dekat.
3.4       Keseimbangan
Dalam sebuah foto diperlukan keseimbangan visual. Keseimbangan formal dihasilkan jika objek dengan ukuran atau berat visual sama ditempatkan disetiap sisi gambar atau subjek utama berada di pusat gambar. Untuk mendapatkan keseimbangan visual dalam fotogarafi seringkali digunakan keseimbangan nonformal. Misalnya, digunakan dua objek yang lebih kecil untuk mengimbangi sebuah objek yang besar.
3.5       Irama
Suatu komposisi yang baik dapat diperkuat dengan suatu irama yang berbentuk pengulangan garis, tekstur, bentuk, dan warna dalam gambar, seperti pola jendela bangunan, teras sawah, dan gelombang laut. Namun, pola-pola tersebut umumnya tidak akan menghasilkan gambar yang menarik sehingga diperlukan satu pusat perhatian.
3.6       Latar Belakang
Dalam mengambil gambar perlu diperhatikan tentang latar belakang objek utama. Latar belakang yang ramai akan merusak gambar dan mengaburkan fokus terhadap subjek foto.
3.7       Format.
Pada umumnya format foto yang digunakan adalah format horisontal atau landscape dan format vertikal atau portrait. Format horisontal merupakan format yang dinamis karena mata akan bergerak melihat dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Dengan demikian format ini sangat cocok untuk menggambarkan luasnya pandangan, bentang alam, ruang bangunan atau subjek berkarakter lebar. Sedangkan format vertikal mata bergerak dari atas ke bawah atau sebaliknya sehingga kekuatan yang lebih besar bertumpu pada arah vertikal. Format ini sangat cocok untuk menggambarkan ketinggian atau subjek yang menjulang tinggi.
  1. 4. PRAKTEK  PEMOTRETAN
4.1       Cara Memegang Kamera
Memegang kamera yang baik dengan cara tangan kanan memegang kamera bagian kanan, jari teluntuk selalu pada tombol pelepas rana. Sedangkan tangan kiri menyangga kamera dengan jari-jari selalu siap merubah titik fokus, hal ini dilakukan jika menggunakan kamera yang memakai lensa.
Beberapa Posisi Membidik.
  • Posisi Berdiri, kaki kiri agak maju terhadap kaki kanan. Posisi tangan dapat memegang kamera secara horisontal maupun vertikal.
  • Posisi Jongkok, lutut kanan bertumpu pada tanah atau lantai, lutut kiri menekuk membuat sandaran bagi siku kiri.
  • Posisi Tiarap, lakukan posisi seperti orang menembak dengan kedua siku bersandar pada tanah, sehingga kamera pada kening dijaga kestabilannya.
4.2       Pengambilan Sudut Kamera
  1. Bahasa pengambilan gambar
  • Very Long Shot atau Extreme Long Shot (ELS) adalah pengambilan gambar yang mencakup suatu daerah pengambilan gambar yang lebih lebar.
  • Long Shot (LS) atau Full Shot (FS) adalah pengambilan gambar dari jarak yang cukup jauh hingga seluruh subjek dan pemandangan.
  • Medium Long Shot (MLS) adalah pengambilan gambar dari lutut hingga ke atas tubuh manusia.
  • Medium Close Up (MCU) adalah pengambilan gambar yang menampakkan kepala, bahu, dan bagian atas dada orang hingga memenuhi gambar.
  • Close Up (CU) adalah pengambilan gambar yang menonjolkan bagian bahu dan kepala seseorang.
  • Exstreme Close Up (ECU) adalah pengambilan gambar sebesar mungkin pada bagian mata, mulut, dan sebagainya.
  • Big Close Up (BCU) adalah pengambilan gambar pada daerah kepala untuk menonjolkan karakter subjek.
  • One Shot adalah pengambilan gambar yang hanya menampilkan satu orang atau benda saja.
  • Two Shot adalah pengambilan gambar yang menampilkan dua orang atau benda.
  • Three Shot adalah pengambilan gambar yang menampilkan tiga orang atau benda.
  • Group Shot adalah pengambilan gambar sekelompok orang.
  • Over Shoulder Shot (OSS) adalah pengambilan gambar dua orang yang saling bertatap muka, pengambilan gambarnya melalui belakang bahu seseorang subjek.
  1. Sudut kamera (camera angel)
  • Bird Eye Viev adalah pengambilan gambar yang arah kameranya berada di atas dari objek, diumpamakan sebagai pandangan burung yang melihat dari langit.
  • Eye Level View adalah pengambilan gambar yang arah kameranya sejajar dengan objek.
  • Low Level View adalah pengambilan gambar yang arah kameranya berada lebih rendah dari objek. Pengambilan gambar dengan cara posisi jongkok atau tiarap.
4.3       Langkah Persiapan Pemotretan
  • Menyesuaikan pengaturan ASA/ISO yang terdapat pada kamera dengan ASA/ISO film.
  • Memilih subjek, baik pemandangan, benda mati atau manusia.
  • Memilih kecepatan rana agar didapatkan gambar yang menarik.
  • Memilih bukaan diafragma untuk menentukan banyaknya cahaya yang masuk serta menentukan ruang tajamnya.
  • Memilih latar belakang dari subjek foto.
  • Mengatur penempatan objek dalam bingkai gambar.
  • Menajamkan gambar atau focusing.
  • Menunggu momen yang tepat untuk memotret subjek.
4.4       Beberapa Saran Pemotretan Subjek
  • Memotret satu orang (model). Yang perlu diperhatikan dalam memotret model adalah latar belakang dan latar depan/muka model tersebut. Latar belakang jangan sampai mengacaukan fokus pandangan orang terhadap subjek. Sedangkan latar depan jangan sampai menutupi subjek.
  • Memotret dua orang. Yang perlu diperhatikan adalah ekspresi dan kenaturalan gerak dari subjek yang akan difoto.
  • Memotret tiga atau empat orang. Yang perlu diperhatikan adalah kejadian atau suatu peristiwa yang dilakukan oleh subjek yang akan difoto.
  • Memotret keluarga. Yang diperhatikan adalah ekspresi dari seluruh anggota keluarga dan kelengkapan anggota keluarga tersebut.
4.5       Pemotretan Landscape
Untuk memotret landscape atau pemandangan memerlukan beberapa teknik dasar diantaranya adalah:
  • Hukum Pertigaan
  • Gunakan kecepatan rendah agar proses pencahayaan lebih sempurna dengan fokus atau angka diafragma besar.
  • Gunakanlah tripod untuk menyangga kamera sehingga hasilnya tidak blur
  • Untuk mendapatkan gambar fokus yang tajam dapat dilakukan teknik aturan pertigaan yakni mengambil titik fokus tersebut sepertiganya saja.
4.6       Beberapa Teknik Pengambilan Gambar
  • Teknik Bluring
Untuk memotert subjek yang bergerak menjadi blur diperlukan kecepatan rana rendah. Untuk subjek yang bergerak kecepatan rana yang diperlukan berbeda-beda. Misalkan, mobil yang melaju kencang dengan kecepatan 150 km/jam mungkin akan menjadi blur dengan kecepatan rana 1/500 detik, tapi kalau kita memotret sepeda motor dengan kecepatan 40 km/jam dengan kecepatan rana yang sama, maka sepeda motor tersebut akan diam.
  • Teknik Panning Shoot
Teknik panning shoot adalah cara lain untuk memberikan kesan gerak pada foto. Dengan teknik ini latar belakangnya hampir sepenuhnya blur, sedangkan subjeknya relatif lebih tajam. Untuk mendapatkan hasil seperti ini dilakukan dengan cara mengikuti pergerakan subjek sebelum kita menekan tombol shutter.
  • Teknik Freezing
Teknik freezing adalah teknik membekukan gambar untuk memperlihatkan kesan gerak dengan membekukan gerakan yang sedang berlangsung. Untuk mendapat hasil gambar seperti ini digunakan kecepatan rana tinggi.
  • Teknik Zooming
Teknik zooming merupakan teknik foto untuk menampilkan kesan gerak dengan mengubah panjang fokus lensa pada saat menekan tombol shutter. Untuk mendapatkan hasil seperti ini dapat digunakan dengan kecepatan rana 1/30 detik.
DAFTAR RUJUKAN
Giwanda, Griand. 2002. Panduan Praktis Menciptakan Foto Menarik. Jakarta: Puspa Swara.
Kindarto, Asdani dan SmitDev Community. 2007. Memotret Dan Mengolah Foto Digital Untuk Pemula. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sudarma, Komang. 2005. Foto Dan Slide Pembelajaran. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

0 komentar:

Posting Komentar